Kamis, 23 Maret 2017

Manajemen dan Tata Kerja

Manajemen dan Tata Kerja

Tata kerja atau metode adalah satu cara bagaimana agar sumber – sumber dan waktu yang tersedia dan amat diperlukan dapat dimanfaatkan dengan tepat sehingga proses kegiatan manajemen dapat dilaksanakan dengan tepat pula. Dengan tata kerja yang tepat mengandung arti bahwa proses kegiatan pencapaian tujuan sudah dilakukan secara ilmiah dan praktis, disamping itu pemakaian tata kerja yang tepat pada pokoknya ditujukan untuk :

  1. Menghindari terjadinya pemborosan di dalam penyalahgunaan sumber-sumber dan waktu yang tersedia
  2. Menghindari kemacetan-kemacetan dan kesimpangsiuran dalam proses pencapaian tujuan.
  3. Menjamin adanya pembagian kerja, waktu dan koordinasi yang tepat. Jadi hubungan antara manajemen dan tata kerja dapat dilukiskan seperti dibawah ini :

Manajemen : Menjelaskan perlunya ada proses kegiatan dan pendayagunaan sumber-sumber serta waktu sebagai faktor-faktor yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan demi tercapainya tujuan.
Tata Kerja : Menjelaskan bagaimana proses kegiatan itu harus dilaksanakan sesuai dengan sumber-sumber dan waktu yang tersedia.

Hubungan Timbal Balik Antara Organisasi dan Metode (Tata Kerja) Dengan adanya metode atau tata kerja dalam organisasi sehingga pada proses kegiatan dapat menyusun perencanaan kerja, dengan lebih terkoordinir dalam membentuk sekelompok manusia yang melakukan kerjasama dengan memanfaatkan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya dan tepat dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sehingga hubungan timbale baliknya juga sangat baik. Penggambaran diatas telah jelas memberikan keterangan bahwa Organisasi, Manajemen, dan Tata Kerja ( Metode ), bila semuanya terurut dan dilaksanakan dengan benar, maka secara otomatis suatu tujuan Organisasi pun akan tercapai

Management Untuk Sebuah Organisasi Atau Perusahaan

MANAJEMEN DIBUTUHKAN DALAM SUATU ORGANISASI ATAU PERUSAHAAN

Alasan utama manajemen itu dibutuhkan dalam suatu organisasi / usaha:

  1. Untuk memudahkan pencapaian tujuan, baik tujuan organisasi maupun tujuan pribadi. Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi dan juga tujuan individu yang ada dalam organisasi tersebut. Semua bentuk organisasi dimana orang-orang bekerja bersama mencapai tujuan yang telah ditetapkan, membutuhkan manajemen. Manajemen diperlukan organisasi agar usaha pencapaian tujuan menjadi lebih mudah.

Ada empat tujuan manajemen dalam sebuah organisasi adalah sebagai berikut:
1)      Tujuan Sosial
Tujuan sosial manajemen adalah agar organisasi atau perusahaan bertanggungjawab secara sosial dan etis terhadap keutuhan dan tantangan masyarakat dengan meminimalkan dampak negatifnya.
2)      Tujuan Organisasional
Tujuan organisasional adalah sasaran formal yang dibuat untuk membantu organisasi mencapai tujuannya.
3)      Tujuan Fungsional
Tujuan fungsional adalah tujuan untuk mempertahankan kontribusi pada tingkat yang sesuai  dengan kebutuhan organisasi
4)      Tujuan Individual
Tujuan individual adalah tujuan pribadi dari tiap anggota organisasi atau perusahaan yang hendak mencapai melalui aktivitasnya dalam organisasi.
Ada tujuan tertentu, betapa pentingnya kemampuan mengorganisasi bagi seorang manajer. Suatu perencana yang kurang baik tetapi organisasinya baik akan cenderung lebih baik hasilnya daripada perencanaan yang baik tetapi organisasi tidak baik.
Secara ringkas unsur-unsur organisasi yang paling dasar adalah:
1)      Harus ada wadah atau tempatnya untuk bekerja sama.
2)      Harus ada orang-orang yang bekerja sama.
3)      Kedudukan dan tugas masing-masing orang harus jelas.
4)      Harus ada tujuan bersama yang mau dicapai.
Keberhasilan suatu kegiatan atau pekerjaan tergantung dari manajemennya. Pekerjaan itu akan berhasil apabila manajemennya baik dan teratur, dimana manajemen itu sendiri merupakan suatu perangkat dengan melakukan proses tertentu dalam fungsi yang terkait. Maksudnya adalah serangkaian tahap kegiatan mulai awal melakukan kegiatan atau pekerjaan sampai akhir tercapainya tujuan kegiatan atau pekerjaan. Pembagian fungsi manajemen menurut beberapa ahli manajemen, di antaranya yaitu :

Menurut Dalton E.M.C. Farland (1990) dalam “Management Principles and Management”, fungsi manajemen terbagi menjadi :

  • Planning (Perencanaan)
  • Organizing (Pengorganisasian)
  • Controlling (Pengawasan)

Menurut George R. Terry (1990) dalam “Principles of Management”, proses manajemen terbagi menjadi :

  • Planning (Perencanaan)
  • Organizing (Pengorganisasian)
  • Controlling (Pengawasan)
  • Activating (Pelaksanaan)

Menurut H. Koontz dan O’Donnel (1991) dalam “The Principles of Management”, proses dan fungsi manajemen terbagi menjadi :

  • Planning (Perencanaan)
  • Organizing (Pengorganisasian)
  • Controlling (Pengawasan)
  • Directing (Pengarahan)

2.      Untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling bertentangan. Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan, sasaran dan kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi seperti: pimpinan, pegawai, pelanggan, serikat kerja, pemilik dan karyawan, maupun pelanggan, konsumen, suplier, serikat pekerja, asosiasi perdagangan, pemerintah dan masyarakat.

3.      Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas. Banyak cara untuk mengukur hasil kerja suatu organisasi dan salah satu yang umum adalah efisiensi dan efektivitas.

Contoh Organisasi Informal

Organisasi Informal 
Terlepas dari kesulitan di atas, tidak berarti penerapan prinsip-prinsip organisasi modern tidak akan pernah bisa diwujudkan. Sebenarnya organisasi matriks, organisasi pebelajar ataupun organisasi modern yang dikemukakakan oleh Osborne & Gaebler (1992) sudah terbentuk. Hanya saja, keberadaannya tidak disadari, dan karenanya manfaatnya tidak bisa  dioptimalkan. Keberadaannya tidak disadari karena ia berada pada dimensi informal dan bersifat implisit sehingga luput dari perhatian. Kaca mata konvensional yang dipakai tidak cocok karena secara sempit hanya melihat organisasi secara “topografis” (Araujo, 1998, p. 317), yakni suatu struktur dimana terdapat pembagian dan pengkoordinasian fungsi-fungsi dan tugas dengan jelas secara vertikal maupun horisontal. 

Menurut Blau (1963) organisasi informal ini terbentuk sebagai indikasi adanya kebutuhan pegawai yang tidak terpenuhi oleh organisasi formal. Organisasi ini akan aktif dengan sendirinya jika keadan membutuhkannya (Stevenson and Gilly, 1993). Struktur informal tersebut terbentuk dari jalinan berbagai hubungan sosial di kalangan pegawai dan antara pegawai dengan orang-orang di sekitarnya. Jadi organisasi informal dalam konteks ini berbeda dengan asosiasi, paguyuban, serta kelompok-kelompok sosial sejenisnya. Kelompok informal seperti ini termasuk kategori organisasi formal, karena dibentuk dengan sengaja dan ada pimpinan dan susunan organisasinya yang secara sadar dan sengaja ditetapkan. Dengan demikain pula, berbagai bentuk dan penamaan organisasi berbasis jaringan informal dianggap sebagai organisasi informal dalam tulisan ini, misalnya
communities of practice (Wenger and Snyder, 2000), micro communities (Nonaka and Takeuchi, 1995), atau work comunities (Kusterer, 1978).

Definisi ini sekaligus mengungkap bahwa model organisasi informal ini berbentuk jaringan. Jaringan adalah sejumlah titik yang terikat oleh sejumlah hubungan (lihat Knoke and Kuklinski, 1982; Wasserman and Faust, 1994; Jones, Hesterly et al., 1997; Klovdahl, 1997). Dalam suatu organisasi informal, titik-titik diwakili oleh pegawai dan hubungan diwakili oleh berbagai hubungan informal yang mengikat mereka baik secara fisik, emosional, maupun transaksional. Jadi dari segi bentuk, perbedaan organisasi formal dan informal terletak pada bentuk hubungan yang mengikat anggota organisasi dan bukan pada fungsinya. Pada organisasi formal, pegawai diikat oleh hubungan formal seperti siapa yang membawahi siapa. Dalam organisasi informal, anggota organisasi diikat oleh hubungan informal seperti hubungan saling memberi nasehat, bertukar pikiran, saling mendukung dan sebagainya yang terjadi secara alami sehari-hari, dan sering tanpa disadari.

Krackhardt dan Hanson (1993) mengindentifikasi tiga hunbungan informal yang dianggap sangat dominan dan berdampak luas dalam organisasi, yakni hubungan komunikasi (kelompok pegawai yang sehari-harinya memperbincangkan berbagai aspek pekerjaan secara umum), konsultasi (kelompok pegawai yang saling bertukar informasi teknis mengenai solusi permasalahan) dan kepercayaan (kelompok pegawai yang saling mempercayai dan saling mendukung dimasa sulit).

Secara esensi, kajian mengenai struktur organisasi informal sudah dimulai sejak tahun 1920an dan 1930an ketika Elton Mayo, Roethlisberger and Dickson, dari MIT mengadakan penelitian pada pabrik Hawthorne milik Western Electric Company di Chicago (dalam Borgatti, 2000). Elton Mayo dan rekan-rekanya menemukan teori Human Relation setelah membuktikan bahwa peningkatan produktifitas hanya sebahagiannya ditentukan oleh faktor pendapatan, lingkungan dan teknis (Molina, 2001). Penelitian mereka membuktikan bahwa dinamika oposisi dan solidaritas secara informal antar pekerja yang mempengaruhi produktifitas kendati sistim insentif dimanipulasi (dalam Molina, 2001). Selain itu 1963, Blau menemukan bahwa konsultan pada salah satu lembaga penegakan hukum Amerika secara informal mendiskusikan permasalahan pekerjaan yang dihadapi dengan rekanrekannya dan terbukti efektif dalam meningkatan kinerja mereka; kendati peraturan formal
melarang mereka melakukan hal tersebut (Blau, 1963). Secara formal peraturan mengharuskan mereka membicarakan persoalan yang dihadapi dengan atasan masingmasing, bukannya dengan rekan mereka.

Peranan Organisasi Informal 

Berbagai penelitian telah membuktikan betapa besar peranan organisasi informal tersebut (lihat Krackhardt and Hanson, 1993; Borgatti, 2000; Molina, 2001). Nonaka (1991), Nonaka & Konno (1998) serta Nonaka & Takeuchi (1995), misalnya, menganggap keberhasilan organisasi-organisasi besar di Jepang mengembangkan inovasi dan kreativitas terletak pada pemberdayaan organisasi informal. Jika mengacu pada definisi yang dipakai di atas, dimana organisasi informal dipandang sebagai jaringan hubungan informal, maka manfaat organisasi informal dapat pula dilihat pada laporan berbagai penelitian mengenai jaringan.

Secara umum, Borgatti (2000) percaya bahwa struktur sosial informal tidak kalah besar perananya dalam mendukung jalannya organisasi. Kapferer (1969), misalnya, menemukan bahwa struktur hubungan dan interaksi antar orang-orang yang berselisih dalam organisasi mempengaruhi mobilisasi dukungan yang pada akhirnya bisa menentukan siapa yang menang dalam perselisihan tersebut. Krackhardt dan Hanson (1993) serta Krackhardt dan Stern (1988) menunjukkan bahwa meskipun ada organisasi formal, kebanyakan pekerjaan sebenarnya terselesaikan dalam organisasi informal. Mereka mengilustrasikan bahwa pemahaman pimpinan mengenai jaringan informal pegawai dalam organisasinya membantu dalam merumuskan solusi terhadap berbagai permasalahan organisasi. Selanjutnya, Burt (1992) menemukan bahwa kecepatan mendapatkan promosi karir berkorelasi dengan apa yang dia sebut “structural holes”, yakni celah-celah dalam struktur jaringan. Sejalan dengan itu, Podolny dan Baron (1997) juga menunjukkan bagaimana jaringan sosial mempengaruhi mobilitas kerja dalam organisasi. Lebih jauh lagi, Sparrowe, Liden, Wayne dan Kraimer (2001) menemukan bahwa posisi sentral dalam jaringan konsultasi berasosiasi dengan kinerja pegawai.

Meskipun peranannya begitu besar sebagaimana disebutkan di atas, organisasi informal masih belum mendapatkan perhatian yang memadai dari praktisi maupun akademisi. Ada
sejumlah faktor yang menyebabkan potensi organisasi informal menjadi terabaikan. Pertama, kesadaran praktisi akan keberadaanya dan tentu saja manfaatnya belum terbentuk. Hal ini disebabkan karena pada satu sisi organisasi informal bersifat implisit dan tersembunyi sehingga bahkan mereka yang terlibat didalamnya sering tidak menyadari. Pada sisi lain, prinsip-prinsip legalitas formal dalam budaya birokrasi telah menggiring kita untuk hanya memperhatikan hal-hal kasat mata dan rasional. Kedua, bagi akademisi, kalaupun mereka menyadari keberadaannya, mereka kesulitan untuk menelitinya karena metode penelitian konvensional yang dipakai selama ini tidak mampu mengkonseptualisasikan fenomena organisasi informal yang sifatnya implisit dan rumit. Ketiga, orang mungkin enggan membicarakanya secara terbuka karena bagi mereka posisi dalam organisasi informal bisa merupakan keunggulan kompetitif yang perlu dipertahankan dan perlu dijaga kerahasiaannya.

Teori Organisasi

Teori Organisasi

Pengertian Teori
Teori adalah suatu Ilmu Pengetahuan yang telah di uji kebenarannya. Teori adalah suatu kerangka yang merupakan alat pikir untuk membantu suatu rumusan tertentu yang bisa dikembangkan. Secara umum adalah suatu pedoman yang diberikan orang terbuka atau sekitarnya yang mampu memberi proses pekerjaan.

Pengertian Organisasi 

  • Menurut ERNEST DALE: 
Organisasi adalah suatu proses perencanaan yang meliputi penyusunan, pengembangan, dan pemeliharaan suatu struktur atau pola hubungan kerja dari orang-orang dalam suatu kerja kelompok.


  • Menurut CYRIL SOFFER:

Organisasi adalah perserikatan orang-orang yang masing-masing diberi peran tertentu dalam suatu system kerja dan pembagian dalam mana pekerjaan itu diperinci menjadi tugas-tugas, dibagikan kemudian digabung lagi dalam beberapa bentuk hasil. Secara umum dapat disimpulkan bahwa organisasi adalah sekelompok orang yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
Pengertian Teori Organisasi
Teori organisasi secara umum bisa diartikan sebagai suatu pikiran yang merupakan sekelompok orang yang membagi tugas dengan cara struktur untuk mendapatkan pedoman yang ingin dicapai bersama-sama

Teori Organisasi adalah teori yang berusaha menerangkan/meramalkan bagaimana organisasi dan orang didalamnya berperilaku dalam berbagai struktur organisasi,budaya dan lingkungan untuk mencapai tujuan


Ciri-Ciri Organisasi

  • Lembaga social yang terdiri atas kumpulan orang dengan berbagai pola interaksi yang ditetapkan. 
  • Dikembangkan untuk mencapai tujuan c. Secara sadar dikoordinasi dan dengan sengaja disusun d. Instrumen social yang mempunyai batasan yang secara relatif dapat diidentifikasi.

Formal dan Informal Design Organisasi

Desain Organisasi Formal dan Informal


Desain organisasi menekankan pada sisi manajemen dari teori organisasi dengan mempertimbangkan konstruksi dan mengubah struktur organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.

Pengertian / Definisi Organisasi Informal dan Organisasi Formal

1. Organisasi Formal
Organisasi formal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang mengikatkan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta dengan hubungan kerja yang rasional.
Contoh : Perseroan terbatas, Sekolah, Negara, dan lain sebagainya.

2. Organisasi Informal
Organisasi informal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang telibat pada suatu aktifitas serta tujuan bersama yang tidak disadari.
Contoh : Arisan ibu-ibu sekampung, belajar bersama anak-anak sd, kemping ke gunung pangrango rame-rame dengan teman, dan lain-lain.


Salah satu bagian penting organisasi adalah pengelompokkan informal dan hubungan-hubungan pribadi yang dapat lebih berpengaruh dibanding dengan hubungan formal seperti yang ditunjukkan bagan organisasi.
Argiyris mengemukakan empat bidang utama dimana bidang organisasi formal dan informal berbeda :

1. Hubungan-hubungan antar pribadi. Hubungan-hubungan antar pribadi didalam organisasi formal digambarkan jelas, sedangkan dalam organisasi informal tergantung pada kebutuhan-kebutuhan mereka.

2. Kepemimpinan. Para pemimpin dirancang dan ditentukan dalam formal serta muncul dan dipilih dalam informal.

3. Pengendalian perilaku. Organisasi formal mengendalikan perilaku karyawan melalui penghargaan dan hukuman, sedangkan kelompok informal mengendalikan para anggota dengan pemenuhan kebutuhan.

4. Ketergantungan. Karena kapasitas pemimpin formal terletak pada penghargaan dan hukuman, bawahan-bawahan lebih tergantung dari pada para anggota suatu kelompok informal.
Walaupun ada perbedaan tersebut adalah suatu kesalahan bila menganggap kelompok formal dan informal sebagai dua kesatuan organisasi yang terpisah. Keduanya hidup bersama dan tidak dapat dipisahkan setiap organisasi formal selalu mempunyai organisasi informal dan setiap organisasi informal brkembang dalam berbagai tinkatan formal.

Ragam Bentuk Struktur Organisasi
A. Organisasi Garis (Henry Fayol)
Organisasi Garis/Lini merupakan bentuk/struktur organisasi yang memberikan wewenang dari atasan kepada bawahan dan tanggungjawab ditujukan langsung dari bawahan kepada atasan. Bentuk ini sering diterapkan pada bidang kemiliteran atau peruahaan yang berskala kecil.

Ciri-ciri Organisasi Garis/Lini
1. Adanya kesatuan Perintah
2. Pembagian Kerja jelas dan mudah dilaksanakan
3. Organisasi tergantung pada satu pemimpin

Kelebihan/Kebaikan
• Pengambilan keputusan cepat
• Pengendalian lebih mudah
• Solidaritas antar karyawan tinggi

Kekurangan/Kelemahan
• Pemimpin cenderung otokratis
• Ketergantungan kepada atasan sangat tinggi
• Membatasi kesempatan karyawan untuk berkembang

B. Organisasi garis dan staf (Harrington Emilson)
Kebijakan pimpinan sebelum dilimpahkann ke bawahan diolah terlebih dahulu dengan memperhatikan saran-saran dari staf ahli.
Contohnya di Lembaga Sekolah Terdapat Wakil Kepala Sekolah.

Ciri-ciri :
1. Umumnya digunakan untuk organisasi besar
2. Bidang tugas beraneka ragam sehingga memerlukan bantuan staf.
3. Pengawasan dan Spesialisasi berkembang dengan baik

Kelebihan/Kebaikan
• Pembagian tugas jelas
• Mendorong timbulnya spesialisasi dan disiplin yang tinggi
• Penempatan orang pada tempat yang tepat
• Koordinasi mudah dijalankan

Kekurangan/Kelemahan
• Membutuhkan biaya yang besar untuk operasionalnya
• Ditingkat operasinal tidak jelas antra perintah dan nasehat
• Solidaritas antar karyawam rendah

C. Organisasi Fungsional (Winslow Taylor)
Setiap kepala unit dapat member perintah pada unit yang lainselama masih ada hubungan /sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya. Dalam struktur organisasi fungsional dikenal adanya garis koordinasi/konsultatif.

Organisasi dan Metode

ORGANISASI

Definisi Organisasi menurut para ahli adalah Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih atau berfungsi sebagai prasarana atau alat untuk mencapai tujuan.

Istilah Organisasi dapat diartikan sebagai:
Wadah yaitu Sekelompok manusia untuk saling bekerja sama (Statis)
Proses yaitu Pengelompokan manusia dalam kerjasama yang efesien
Bersifat Dinamis Inilah yang menyebabkan mengapa organisasi selalu bergerak, senantiasa hidup, berkembang dan berubah-ubah.

Organisasi dalam perusahaan merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan perusahaan melalui pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen yang dilakukan seorang pimpinan dengan organisasi yang tercipta di perusahaan yang bersangkutan. Jadi keberhasilan perusahaan tergantung pada organisasi terutama struktur organisasi yang dianut.


METODE
Tata kerja / cara bagaimana sumber-sumber dan waktu yang tersedia dapat digunakan sehingga proses kegiatan manajemen bisa dilaksanakan sesuai dengan tujuan.
Metode ini diperlukan agar dalam pemanfaatan sumber yang diperlukan bagi terlaksananya kegiatan manajemen tidak terjadi kemacetan dan pemborosan.



ORGANISASI DAN METODE
Rangkaian proses kegiatan yang harus dilakukan untuk meningkatkan kegunaan segala sumber dan factor-faktor yang menentukan bagi berhasilnya proses manajemen yaitu mencapai tujuan apa yang telah ditetapkan
Dari Pemgertian diatas O & M mengandung maksud:
  • Kunci dan Syarat pelaksanaan kerja yang setepat-tepatnya
  • Mutlak dalam kegiatan manajemen
  • Memanfaatkan segala sumber dan waktu.
  • Berguna untuk peningkatan efesiensi kerja untuk mencapai tujuan